Blogger templates

twitterfacebookgoogle plusrss feed

Kamis, Februari 21, 2013

PART 1 : 13 TINTA MERAH


Bagai membalik telapak tangan, sifatku mungkin berbeda atau memory dan pikiranku terhasut oleh langkah saat senja tanda 20 hari kedatangan ujian tiba. Mungkin kata panggilanlah yang menuntunku untuk kembali pada langkah benar kata pihak penyandang surga. Langkah tak dapat terpungkiri bila nada tanda-tanda telah datang apa adanya. Mustahil kau akan kuat menerima segala perubahan yang akan terjadi padamu Al, apakah kau sudah tau hal apa yang akan terjadi? Temanku seperti merendahkanku. Namun tak sampai berfikir seperti itu, hidup adalah proses aku tetap melangkah meski berat.


Berawal jam di ufuk barat dengan pakaian sederhana sedikit tak bersolek. Tak pantas bila menjadi seorang santri baju ku tampak tak semestinya. Tak terhirau lagi, niat lebih utama dibandingkan baju yang ku pakai. Sampai ku ditempat para pencari Tuhan atau banyak yang bilang versi anak kost penjara suci. Mungkin sebagian kecil dari mereka menganggap itu. Tekat hati tlah melingkar oleh sukma akan nafsu sang Pencipta. Langkah kecil memulai pada lorong-lorong rumah tua yang dihuni untuk mengajarkan pendidikan agama. Tampak tak terwat, tiap hujan datang pasti mereka muncul terduka. Memang keadaan seperti rumah tua dengan beberapa petak ruang kosong, disitulah kawan ku mencari bagaimanakah hidup harus prihatin. Satu tempat dimana para santri melantunkan ayat-ayat suci, ada empat ruang terbagi untuk tidur. Disitulah tempat singgahku sementara sampai bulan ke depan atau tidak sama sekali.

Diruang sempit, sarang baju hanya 4x3 meter ruang ku merebahkan lelah nan penak. Ku usap tembok tampak pasih tak bernyawa namun kokoh terbaring di lantai kasur tipis memandang atap yang ingin merobohkan dirinya. Hanya lampu satu terpasang dingin merasuk dalam poro-pori tubuh , berkaca apakah sanggup diriku merubahnya. Petang disaat lampion-lampion Isya tiba, panjatan do’a-do’a penyejuk hati dilantunkan oleh sajak demi sajak para pemilik Allah terdengar disetiap sudut mushola. Terjerit air mata tak dapat ku usap lewat syair arab nan membendung bumbu surga. Waktu sholat tiba setengah jam kumenunggu.

Usainya disapa Hy bro, wahh tampang orang yang mau tobak kaya gini nihh. Dengan bahasa yang ngledek tapi memang benar apa adanya seperti itu. Hy juga bro! iya nihh gua pengen tobat tapi bukan sekedar tobat, ada sesuatu yang ku dapat dari sini namun belum ku temui, sambut ku. Ehh.. jangan harap kau mau ketemuan ya sama your honey, mentang-mentang dia dipondok juga kamu bias cari kesempatan balas si Mahfud. Ohh tidak bias, tenang saja bro gua bukan orang seperti itu kok, lontar ku. Oke dah gua percaya sama lu, gua juga seneng lu disini. Jadi lu bias jadi mentor gua buat ngajarin resep biar UPK bisa, dengan PDnya dia bilang gitu. Halah kamu mah cari untung saja, wani piro? Tawar ku. Hanya senyum menghasut dia balas ucapku.

Ku kembali pada ruang tadi, malu ku rasa bila kembali ku tengok lewat jendela hanya satu-satunya beberapa teman mengaji. Aku termenung saja dalam bilah kayu sunyi tak berbisik angin petang itu. Ku baca-baca lembaran buku yang tergeletak diserambi asrama pondok. Rasa dingin mulai terasa kembali menyerkit bulu kuduk, bingung dalam gerangan tak bisa berbuat. Datang Gus mengagetkanku, saat itu terlontar kata-kata heran. Dan ku jawab apa adanya dan tak memakai bumbu pembohong. Sudah usai percakapan itu hanya sesingkat yang terfikir tak ambil waktu luangku. Aku bergegas ke kamar entah apa yang harus ku lalukan lagi. Bosan iya, putus asa pastinya ada bingung tingkat dewa seperti begitu saja kerjaan tak membuat hasil.

Bersambung....
PART 2 Akan diterbitkan jika banyak readers yang LIKE, COMENT OR SHARE.. :)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogger news