Blogger templates

twitterfacebookgoogle plusrss feed

Sabtu, Maret 16, 2013

Part 2 - 13 TINTA MERAH

Senja tertusuk oleh ilalang, lembayung senja embun menetes membelai dedaunan hijau nan menguning. Ku terbangun oleh mimpi buruk tak dapat tidur, bergegas mengambil air wudlu untuk mengerjakan kewajiban umat kami. Pada rimba tempat berwudlu ku usapkan setiap air yang mengalir dari kran begitu berat Tuhan meninggalkan rumah menjadi seorang yang lebih mandiri jauh dari kesenangan. Kini ku mulai dewasa mulai mengerti hidup sesungguhnya, namun seperti jiwa ini belum siap untuk menukarnya. Tak dapat berfikir panjang waktu menunjukan lima kurang dua puluh menit, ku cari tempat untuk ku menyiram tubuh akhirnya ku mandi di sekolah di ruang bawah tanah. Dingin menusuk jari-jari tangan dan pori-pori serasa tak kuat menahan kerasnya air pagi. Setiap hari ku lakukan pagi-pagi mencari air untukku bersihkan diri. Tak ada di asrama, siapa cepat dia mandi itu mungkin slogan yang pas untuk kamar mandi asrama putra farmasy atau bahkan asrama putra lain. Begitu sedikit air yang dapat kami pakai, memungkinkan bila air telah abis kita pun tak mandi. Ya beginilah mungkin ujian yang selama ini, mereka kaum pondok merasa prihatin dengan keadaan.
Tidak langsung ku pergi sekolah, saat ufuk terlihat merona merah kekuningan ku harus tanamkan tiang-tiang agama dengan mengaji. Waktu itu hanya fasholatan yang aku pelajari, padahal kemaren ku berniat hanya ingin menghafal juz’ama namun ustadz umar menggiringku untuk pergi ke kelas fasholatan di atas komplek A. Sedikit cerita fasholatan merupakan ilmu yang mempelajari tentang yang namanya tata cara sholat dengan bacaan yang baik. Banyak memang yang aku harus benar-benar pahami, tidak mau umur sudah mencapai delapan belas ku masih tak tahu cara bacaan sholat yang benar. Dulu si udah pernah di TPQ dekat rumah sehingga saya lulus kitab al-qur’an. Diteruskan kitab safinah dan teman-temannya, tapi tak berlanjut hanya sampai kelas tiga. Tapi buatku tak mengapa, ilmu walau sedikit bermanfaat juga kelak nantinya kata pepatah yang pernah ku dengar. Seperti ruang berkelas itu memang kelas dikhususkan dibuat sedemikian itu, dengan menyejuk udara embun pagi ku kias bibir ini oleh ayat suci. Terbesit oleh ayat, hati rindu dengan rumah merasa bahwa ku masih seperti anak mama padahal tidak! Ku hanya tak mau meninggalkan keluarga. Ya sudahlah, ini ujian bagiku. Sang penunjuk arah menandakan waktu enam lebih tiga puluh menit, kaget melihat waktu seperti semakin cepat langkah ini penuh bergegas ganti pakaian sekolah dan ada yang tertinggal. Perut terasa lapar, akhirnya ku mencari tempat makan disekitar asrama karna ku tak majeg. Bila ku majeg pasti tak kebagian jatah, ku putuskan makan di gubuk kecil depan koperasi asrama milik simbah. Disitu hanya terjual nasi uduk dan teman-temannya, bila dari santri ingin mie juga direbuskan olehnya. Beliau sudah renta, banyak pengorbanan telah beliau hadapi semua itu dengan tegar yang membuat beliau sampai begitu. Tak dapat berbincang panjang ku harus bergegas sekolah nasi itu ku bawa sekolah saja biar ku tak telat. Dan ku makan diruang kelas, memang masih agak sepi tapi tak masalah karna kalo rame pasti malu nantinya, gua mau makan dimana? Gumam tawaku.

Sepulangnya tak ada jadwal mengaji paling nanti setelah adzan magrib tiba. Tak banyak ku lakukukan pulang sekolah hanya mengobrol dengan kawan di ruang agak luas tempat dimana untuk mengaji. Saling bergurau kental dengan rasa kebersamaan, menghilangkan rasa rindu pada rumah.
Magrib menjelang tanda waktu sholat tiba, terlewat asyar seperti biasa mengaji dan terus mengaji malam terasa cepat ditambah setelah ibadah isya aku turut bernyanyi lewat tasrif ayat dari dari makna sebuah tulisan arab. Memang itu sangat sulit untuk ku pahami karna dasar dan banyak hafalan.
Ramai gemuruh namun sejuk bila kurasakan, menyenagkan semua kawan bersorai seperti gembira melantunkannya. Karna belum bisa aku baca saja buku kawanku, hati iri mengapa ku tak bisa. Rasa itu menambah ketika diajar oleh ustadz Umar, beliau seperti tegas namun pula kocak bikin ngakak. Sifatnya memberi arti sendiri untukku akan hal yang ku kerjakan sekarang. Di setiap rampung ku berkumpul dalam ruang komplek farmasi, disitu kami berkumpul mengadakan pembiasaan tentang surah-surah pendek.





Bersambung....
PART 3 Akan diterbitkan jika banyak readers yang LIKE, COMENT OR SHARE.. :)
Thanks.
Happy Reading guys...

3 komentar:

  1. Sebuah cerita yang menarik juga patut di baca.Keren lahh..

    Jadi penulis jaa mas bro. hee

    BalasHapus
  2. Hehe,
    thanks for your support :)
    Amin ,...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah sibuk kerja ya?
      Ceritanya gg dilanjut.

      Hapus

 

Blogger news

Blogger news